PENGARUH BAHASA GAUL DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
PENGARUH
BAHASA GAUL DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa merupakan unsur yang
sangat vital dalam berkomunikasi, yakni sebagai alat komunikasi yang paling
utama. Bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Dalam melaksanakan hubungan sosial dengan sesamanya, manusia sudah menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi sejak berabad-abad silam. Berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar mempunyai beberapa kriteria logis terkait dengan
pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu
pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas
utama, dan pemakaiannya sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus
dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala
bahasa seperti interferensi, integrasi, dan bahasa gaul yang tanpa disadari
sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang
digunakan menjadi tidak baik. Sedangkan berbahasa yang baik yang menempatkan
pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah
bahasa di dalamnya.
Seiring dengan perkembangan
zaman, maka pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari mulai
bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan
“Bahasa Gaul”. Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia
sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir tahun
1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para anak jalanan
yang disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Sehubungan
dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian
masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap
eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa Nasional, bahasa persatuan,
dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Dalam konteks masa kini, bahasa
gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di
suatu daerah atau komunitas tertentu.
Sumarsana dan partana,2002:150
mengatakan bahwa: “bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi
diantara remaja sekelompokya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan remaja
memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi
diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap
tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui
apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antaralain
petualangan, pengelompokn dan kenakalan. Cirri ini tercermin juga dalam bahasa
mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan meereka
menciptakan bahasa rahasia.
Bahasa akan selalu bekembang
sesuai dengan latarbelakang social budaya pemakaiannya, baik berdasarkan
kondisi sosiologis maupun kondisi psikologis dari pengunanya. Oleh karena itu
ada variasi atau ragam bahasa seperti bhasa gaul. Hal tersebut merupakan
prilaku kebahasaan yang bersifat umum. Bahasa akan terus berkembang dan
memiliki aneka ragam atau variasi bahasa.
1.2 Rumusan Masalah Dan Tujuan Penelitian
v Rumusan
Masalah
·
Apa dampak penggunaan bahasa gaul dalam
berinteraksi social?
·
Apa pengaruh bahasa gaul dalam perkembangan bahasa
Indonesia?
v Tujuan
Penelitian
·
untuk
mengetahui dampak penggunaan bahasa gaul dalam berinteraksi social.
·
Untuk
mengetahui pengaruh bahasa gaul dalam perkembangan bahaa Indonesia
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1.
Bagi penulis , meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran diri akan buruknya pengaruh budaya bahasa gaul itu sendiri
apalagi bagi kalangan remaja.
2.
Bagi pihak yang berkepentingan, sebagai bahan untuk
menambah wawasan dan setiap pengetahuan bagi setiap pembaca.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian
Bahasa
Chaer (2000:1) berpendapat bahwa
bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan
oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengindentifikasi diri.
Menurut Keraf (1991:1) bahasa
mencakup dua bidang, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap berupa arus
bunyi, yang mempunyai makna. Menerangkan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
antaranggota masyarakat terdiri atas dua bagian utama yaitu bentuk (arus
ujaran) dan makna (isi).
Ramlan (1985:21) berpendapat
bahwa morfologi adalah bagian dari tata ilmu bahasa yang membicarakan atau yang
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk
kata terhadap golongan dan arti kata. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu.
Dari beberapa pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah berupa bunyi yang digunakan oleh
rnasyarakat untuk berkomunikasi antaranggota masyarakat berupa bentuk dan
makna.
2. Pengertian
Bahasa Gaul
Alatas (2006:59) berpendapat
bahwa bahasa gaul adalah bahasa yang digunakan untuk berteman dan bersahabat di
tengah masyarakat. Bahasa gaul merupakan bentuk ragam bahasa yang digunakan
oleh penutur remaja, waria untuk mengekspresikan gagasan dan emosinya.
Perkembangan teknologi informasi
turut menyalurkan penggunaan bahasa gaul ke lingkup yang lebih luas. Media
komunikasi, khususnya yang membahas mengenai waria, dalam mengkomunikasikan
informasi juga menggunakan bahasa gaul yang sedang menjadi trend atau populer
di kalangan remaja sampai waria. Dalam konteks modern, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia nonformal, yang digunakan sebagai bentuk
percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial, bahkan dalam
media-media populer seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan sering
pula digunakan dalam bentuk publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja,
selebritis hingga waria oleh majalah-majalah populer.
Menurut Sahertian (2006:15)
bahasa gaul atau bahasa prokem sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya
istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam
komunitas tertentu. Oleh karena sering digunakan di luar komunitasnya,
lama-lama istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Dari beberapa pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa bahasa gaul adalah bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi sehari-hari yang sifatnya menarik dan memiliki arti tertentu
untuk merahasiakan arti obrolan di tengah masyarakat.
3. Penggunaan
Bahasa Gaul Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia
Penggunaan bahasa yang baik dan
benar sebaiknya diajarkan sejak kecil. Karena biasanya seorang anak, akan mudah
sekali untuk meniru apa saja yang didengarkannya. Orang tua berkewajiban untuk
mengajarkan bahasa yang baik dan benar kepada anak-anaknya sejak kecil. Di
lingkungan remaja juga mempunyai andil yang sangat besar untuk mengajarkan
bahasa Indonesia sehingga akan menciptakan etika komunikasi yang baik.
Seseorang akan memiliki nilai kesopanan berbicara dan juga tingkah laku yang
terpuji.
Penggunaan bahasa yang baik dapat
mempermudah dalam menyampaikan informasi atau pendapat yang diinginkan. Orang
lain akan mengerti akan apa yang menjadi maksud dan tujuan kita. Dalam
kehidupan sehari-hari seharusnya menggunakan tata bahasa yang baik supaya kita
terbiasa untuk berkomunikasi secara lebih efektif. Adanya bahasa gaul juga
sangat mempengaruhi etika seseorang dalam berkomunikasi. Mahasiswa cenderung
lebih menyukai bahasa gaul daripada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Supaya mereka lebih terlihat
modern, dan akhirnya mulai lunturnya kecintaan pada bahasa Indonesia adalah hal
yang harus dihindari.
Dalam meningkatkan penggunaan
bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan cara membiasakan pada kehidupan
sehari-hari di manapun kita berada. Awalnya memang mungkin sulit tetapi bila
dilakukan terus menerus maka akan menciptakan sopan santun yang baik dalam
etika berkomunikasi. Orang lain akan melihat dan menilai bagaimana seseorang
menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang baik. Bila hal itu terus dilakukan,
maka akan timbul nilai dan etika komunikasi yang baik. Sebaliknya bila seseorang
berbicara sembarang dan tidak beraturan, maka orang lain yang mendengarnya akan
beranggapan bahwa orang itu tidak berpendidikan atau tidak bermoral.
Kata-kata yang digunakan dalam
berbicara seseorang dapat mencerminkan kemampuan berpikir dan tingkat
kepribadiannya. Kepribadian seseorang yang baik dapat memilih apa saja yang
harus diucapkan dan dibicarakan. Tidak berlebihan jika seseorang yang pandai
berbahasa Indonesia, ia akan merasa diterima dan dihargai oleh berbagai
kalangan. Ada beberapa solusi yang dapat meningkatkan penggunaan bahasa
Indonesia antara lain:
1. Menyadarkan dan
memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya dari bahasa yang baku. Upaya ini dimaksud untuk
mengajak seseorang menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
2. Membutuhkan suatu
upaya pembiasaan. Artinya, remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat, baik
secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada di lingkungan
sekolah. Pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan
berbahasa pada remaja.
3. Proses penyadaran
dan pembiasaan ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat,
misalnya tugas menuliskan suatu artikel atau karangan dengan bahasa yang baku.
Hal ini akan menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
4. Pengaruh Bahasa Gaul dalam
Perkembangan bahasa Indonesia
Seiring dengan perkembangan zaman
khususnya di negara Indonesia semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh
bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya.
Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap
perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan
masa yang akan datang. Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa
gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari
pemakaian bahasa gaul ini.
Untuk menghindari pemakaian
bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat, seharusnya kita menanamkan
kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional. Dalam pergaulan internasional, bahasa Indonesia mewujudkan identitas
bangsa Indonesia. Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak
sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap
perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa diantaranya sebagai
berikut:
1.
Eksistensi bahasa Indonesia terancam
terpinggirkan oleh bahasa gaul
Berbahasa sangat erat kaitannya
dengan budaya sebuah generasi. Jika generasi negeri ini semakin tenggelam dalam
pembentukan bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan
semakin berat dalam memanggul bebannya sebagai bahasa Nasional dan identitas
bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini
kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pengaruh tersebut. Pengaruh
arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang
mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat
ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini
diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari
pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak
menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat.
2.
Menurunnya derajat bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia masih sangat muda usianya dibandingkan dengan bahasa lainnya, tidak
mengherankan apabila dalam sejarah pertumbuhannya, perkembangan bahasa asing
yang lebih maju. Seperti kita ketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
dewasa ini dikuasai oleh bangsa-bangsa barat. Merupakan hal yang wajar apabila
bahasa mereka pula yang menyertai penyebaran ilmu pengetahuan tersebut ke
seluruh dunia. Indonesia sebagai negara yang baru berkembang tidak mustahil
menerima pengaruh dari negara asing. Kemudian masuklah ke dalam bahasa
Indonesia istilah-istilah kata asing karena memang makna yang dimaksud oleh
kata-kata asing tersebut belum ada dalam bahasa Indonesia. Sesuai sifatnya
sebagai bahasa represif, sangat membuka kesempatan untuk itu. Melihat kondisi
seperti ini, timbullah beberapa anggapan yang tidak baik. Bahasa Indonesia
dianggap sebagai bahasa yang miskin, tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan
yang modern.
Pada
pihak lain muncul sikap mengagung-agungkan bahasa Inggris dan bahasa asing
lainnya. Dengan demikian timbul anggapan mampu berbahasa inggris atau bahasa
asing merupakan ukuran derajat seseorang. Akhirnya motivasi untuk belajar
menguasai bahasa asing lebih tinggi daripada belajar dan menguasai bahasa
sendiri. Kenyataan adanya efek sosial yang lebih baik bagi orang yang mampu
berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia, hal ini lebih menurunkan lagi
derajat bahasa Indonesia di mata orang awam.
Saat ini
banyak sekali remaja yang menciptakan bahasa gaul, yaitu bahasa baku yang
dipelesetkan, sehingga terkadang orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang
dikatakan oleh para remaja tersebut.
Contoh bahasa gaul yang sering
dipakai adalah “epen” yang berasal dari kata emang penting, Lalu ada pula kata
kakak yang dalam bahasa Inggris adalah sister, menjadi sista, dan brother
menjadi brotha. Selain itu, terdapat juga dalam menulis SMS, seperti “lagi
apa?” menjadi “gi pha??”atau “masalah buat kamu” menjadi “masbulo“ atau masalah
buat lho. Memakai simbol tambahan “p@ k@bar L0e/?” atau “hha.. y nh.. lg
bosen-” pada kalimat yang ditulisnya. Menggunakan huruf z di belakang kata “mk
bgtz” atau “gurunya malezin yh “.
Selain itu, maraknya pemakaian
jalur komunikasi yang murah, efisien, dan juga dapat melahirkan dampak yang
negatif dalam penggunaan tata bahasa. Penyebabnya adalah kurangnya kecintaan
terhadap bahasa Indonesia baku. Namun, tidak semua remaja menggunakan bahasa
gaul ini. Pada umumnya yang menggunakan adalah remaja yang ingin dianggap keren
dan tenar di kalangan teman-temannya. Mereka menganggap berbahasa gaul adalah
keren, padahal di mata remaja lain gaya bahasa mereka adalah alay.
Sebenarnya ini adalah tugas bagi
orang tua dan guru untuk memperhatikan perkembangan bahasa anak-anaknya. Karena
berbahaya sekali jika anak-anak kecil menggunakan gaya bahasa gaul dan alay
ini. Mereka bisa menuliskan dan mengucapkannya hingga remaja nanti, sehingga
mereka tidak mengetahui yang manakah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bisa
saja karena mereka terlalu sering menggunakan bahasa yang alay ini hanya karena
ingin gaul dan tenar, lalu mereka mengucapkannya di depan guru, menuliskannya
pada lembar jawaban ulangan esai, dan menggunakannya ketika berpidato.
Oleh
sebab itu, kita sebagai keluarga dan gurunya, semestinya mengawasi penggunaan
bahasa pada anak. Jangan sampai mereka
terbawa pengaruh yang buruk, yang membuat mereka menggunakan bahasa Indonesia
yang buruk pula. Cintailah bahasa Indonesia, karena inilah salah satu kekayaan
bangsa kita.
5. Dampak Penggunaan Bahasa Gaul Dalam Berinteraksi Sosial
Jelas sekali dalam hal ini bahwa penggunaan bahasa
yang tidak baik akan membawa dampak buruk terhadap keberadaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional yang memiliki fungsi sebagai pemersatu dari keberagaman
budaya bangsa ini.
Untuk membedakan gaya bahasa yang baik dan gaya
bahasa yang buruk, Gorys Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa memaparkan
tiga unsur dalam gaya bahasa yang baik. Ketiga unsur tersebut adalah: kejujuran, sopan-santun, dan menarik.
Kejujuran : gaya bahasa mengikuti
aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa,
Sopan-santun : gaya bahasa memberikan
penghargaan atau menghormati orang lain yang diajak bicara, khususnya pendengar
atau pembaca. Rasa hormat ini diwujudkan melalui gaya bahasa yang menggunakan
ungkapan-ungkapan jelas dan singkat,
Menarik : Penggunaan gaya bahasa yang
variatif akan menghindari monotomi dalam nada, struktur, dan diksi. Selain itu,
gaya bahasa yang menarik juga memiliki kosakata yang luas serta mengandung
tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat.
Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa.
Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada
tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat
terutama dikalangan remaja. Apalagi dengan maraknya dunia kalangan hiburan yang
menggunakan bahasa gaul baik di media massa maupun elektronik, dimana hal ini
membuat remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini
sudah menjadi wajar karena remaja suka meniru hal-hal yang baru. Inilah yang
menjadi awal lunturnya bahasa Indonesia yang baik dan berganti dengan bahasa
gaul.
Namun di sisi lain semua itu mempermudah cara kita
berkomunikasi dan dalam pemahaman pesan yang ingin disampaikan oleh masyarakat
yang ingin menyampaikan pesan kepada penerima pesan.
Bahasa gaul sebagai bahasa anak muda merupakan
keanekaragaman budaya negara kita Indonesia dibidang bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa gaul yang secukupnya dan digunakan tepat sesuai dengan
porsinya. Bahasa gaul sangat berperan dalam pembentukan bahasa yang digunakan
kalangan remaja karena penggunaannya yang bersifat santai dan fleksibel. Tapi
alangkah baiknya jika kita dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, sehingga eksistensi dari bahasa Indonesia tetap terjaga.
Bahasa Indonesia dalah bahasa persatuan yang dulu
dikukuhkan oleh kalangan muda dalam sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928, jadi
sebagai masyarakat Indonesia yang peduli dan ,menghormati sumpah pemuda kita
harus menjaga bahasa kita yaitu bahasa Indonesia. Apabila kita sudah
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar maka secara tidak langsung
orang yang berada di sekitar kita akan tertular.
6.
Variasi Bahasa
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok
dalam studi sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi bukan
hanya penuturnya yang tidak homogen tetapi juga karena kegiatan interaksi
sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Chaer dan Agustina (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Berdasarkan
penuitur berarti, siapa yang mengunakan bahasa itu, dirnana tempat tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan penggunanya berarti, bahasa itu
digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.
Chaer dan Agustina (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Berdasarkan
penuitur berarti, siapa yang mengunakan bahasa itu, dirnana tempat tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan penggunanya berarti, bahasa itu
digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.
a. Sosiolinguistik
Fishman (1972) dalam Chaer dan Agustina (2004:3) mengatakan bahwa Sosiolinguistik adalah kajian tentang oiri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selaiu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa. fungsi-fungsi bahasa dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini berkaitan satu sama lain dalam masyarakat tutur.
Chaer dan Agustina (2004:2) mengatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitar.nya dengan penggunaan bahasa itu didalam masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sosiolinguistik ada’ah ilmu yang mernpclajari bahasa dalam hubungan dengan pengunaan bahasa didalam masyarakat.
b. Morfologi
Morfologi adalah bagian dari tata ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata (Ramlan, 1985:21) Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu.
c. Sintaksis
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki stuktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat (Suhardi, 1998:1). Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki struktur kalimat dan penyusunan kalimat.
Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase atau (clause atau kalimat yang lain atau tegasnya mempelajari seluk-beluk frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan. 1985:21). Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sintaksis adalah ihnu bahasa yang menyelidiki struktur kalimat dan penyusunan kalimat.
d. Leksikal
Leksikal merupakan bagian dari cabang ilmu semantik yang berkaitan dengan makna kata atau yang disebut makna ieksikal atau semantik leksikal. Ramlan (1985:289) menyatakan bahwa leksikal adalah makna yang dimiliki atau yang ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Maksud yang terdapat pada penjelasan tersebut pada dasarnya menyatakan tentang makna kata walaupun bukan dalam suatu konteks tertentu.
Fishman (1972) dalam Chaer dan Agustina (2004:3) mengatakan bahwa Sosiolinguistik adalah kajian tentang oiri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selaiu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa. fungsi-fungsi bahasa dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini berkaitan satu sama lain dalam masyarakat tutur.
Chaer dan Agustina (2004:2) mengatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitar.nya dengan penggunaan bahasa itu didalam masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sosiolinguistik ada’ah ilmu yang mernpclajari bahasa dalam hubungan dengan pengunaan bahasa didalam masyarakat.
b. Morfologi
Morfologi adalah bagian dari tata ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata (Ramlan, 1985:21) Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu.
c. Sintaksis
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki stuktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat (Suhardi, 1998:1). Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki struktur kalimat dan penyusunan kalimat.
Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase atau (clause atau kalimat yang lain atau tegasnya mempelajari seluk-beluk frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan. 1985:21). Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Sintaksis adalah ihnu bahasa yang menyelidiki struktur kalimat dan penyusunan kalimat.
d. Leksikal
Leksikal merupakan bagian dari cabang ilmu semantik yang berkaitan dengan makna kata atau yang disebut makna ieksikal atau semantik leksikal. Ramlan (1985:289) menyatakan bahwa leksikal adalah makna yang dimiliki atau yang ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Maksud yang terdapat pada penjelasan tersebut pada dasarnya menyatakan tentang makna kata walaupun bukan dalam suatu konteks tertentu.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
1.
Jenis Penelitian
Penelitian tentang Pengaruh
Bahasa Gaul Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia ini berkaitan
dengan suatu gejala kebahasaan yang sifatnya alamiah. Artinya data yang
dikumpulkan berasal dari lingkungan nyata dan situasi apa adanya, yaitu dialog
antartokoh dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Hal ini disebabkan oleh karena data
yang terkumpul dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif .
Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1990: 194)
yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji
suatu hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu
variabel, gejala atau keadaan. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul berupa
kata-kata dan dalam bukan dalam bentuk angka. Maka dari itu, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Subjek
penelitian
Berkaitan dengan hal di atas, yang dikaji dalam
penelitian ini adalah Pengaruh Bahasa Gaul
Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia dalam dialog antartokoh dalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut meliputi pola bentuk morfologis dan pola makna bahasa
gaul tersebut. Sedangkan subjek dari penelitian ini adalah anak-anak remaja di
kota Ende ketika berdialog.
3. Data
penelitian dan sumber data
Data dari penelitian ini berupa kata yang digunakan
dalam berkomunikasi antar satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Sumber data
dari penelitian ini adalah percakapan antartokoh sebagai interaksi komunikasi.
4. Teknik
pengumpulan data
Pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi sebagai teknik
utama. Observasi dilakukan dengan cara mendengar-mencatat, yaitu peneliti
mencatat data bahasa dan konteksnya yang meliputi (1) topiknya, (2) suasananya,
(3) tempat pembicaraan, serta (4) lawan bicaranya.
Melalui
teknik observasi, dengan cara pengamatan partisipan oleh peneliti sendiri, maka
akan diperoleh data yang wajar dan alami. Berikut adalah hal-hal yang
diperlukan dalam observasi (1) gambaran keadaan tempat dan ruang berlangsungnya
pembicaraan, (2) pelaku-pelaku yang terlibat, (3) aktivitas atau kegiatan saat
berlangsungnya percakapan, dan (4) topik dari isi pembicaraan.
5.
Teknik analisis data
Teknik
deskriptif yang dipakai dalam penelitian ini menghasilkan dua macam analisis
data, yaitu sebagai berikut:
1.
Menganalisis pemakaian bahasa gaul dalam pada kalangan remaja. Pemakaian bahasa
gaul tersebut meliputi:
·
bahasa yang digunakan
·
proses morfologi
2. pengklasifikasian bahasa gaul remaja
berdasarkan bentuk dan kelasnya
·
bentuk verbal kebahasaannya
·
proses pembentukannya
DAFTAR
PUSTAKA
Alatas, dkk. 2006. Penggunaan Ragam Bahasa Gaul
Dikalangan Remaja.
Badudu, J.S. 1989. Inilah
Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta, PT. Gramedia
Chaer. 2000. Bahasa Indonesia, Antara Variasi dan Penggunaan.
Ramlan. 1985. Tata Istilah Indonesia.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Sahertian, Debby. 1999.
Kamus Bahasa Gaul. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan
Sahertian, Debby. 1999.
Kamus Bahasa Gaul. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan
Komentar