PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
Ada
beberapa modul yang saya pelajari pada pelatihan mandiri topik Merdeka Belajar
antara lain: Mengenali dan Memahami Diri Sebagai Pendidik, Mendidik dan
Mengajar, Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh, Mendidik dan Melatih
Kecerdasan Budi Pekerti, Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan
Kebahagiaan.
1.
Mengenali
dan Memahami Diri Sebagai Pendidik
ΓΌ
Materi
mengenali diri dan perannya sebagai pendidik
Sebagai pendidik sudah seharusnya
mengenali karakteristik dan kebutuhan murid. Akan tetapi, hal yang paling
mendasar juga harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan
kelemahan diri. Dahulu, saat memutuskan menjadi guru, apa yang ada dalam pikiran
ibu dan bapak guru? Mengapa memutuskan ingin menjadi pendidik? Bagaimana
perjalanan perjuangan sehingga akhirnya sampai pada profesi hebat ini?
Murid-murid kini memiliki cara
belajar yang sungguh berbeda dengan kita dahulu. Mereka sangat fasih dengan
teknologi, menjadikan internet sebagai salah satu sumber belajar utama. Mereka
bisa dengan cepat mencari dan mengkonfirmasi pengetahuan dengan teknologi dalam
genggaman. Namun, mereka tetap butuh kehadiran sosok pendidik.
Dengan menjadi guru, hadir setiap
hari untuk murid-murid, hadir untuk terus menambah kapasitas diri, menyadari
kebutuhan untuk terus belajar secara mandiri agar bisa menghantarkan
murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka. Dengan kesadaran untuk
terus belajar secara mandiri, berarti telah mengatur diri sendiri sebagai
bagian dari perjalanan menjadi manusia merdeka.
Menurut Ki Hadjar Dewantara,
manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri
baik lahir maupun batin, tidak tergantung pada orang lain. Jika kita
mengharapkan murid-murid kita kelak menjadi pribadi yang mandiri dan merdeka,
tentunya penting untuk mengenal diri, berdaya untuk menentukan tujuan dan
kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontekstual terhadap diri dan
lingkungannnya.
ΓΌ
Apa
peran saya sebagai guru
Murid-murid sekarang adalah
generasi digital native, fasih berselancar di internet, bisa mendapat
pengetahuan, bahkan mempelajari keterampilan sesuai kebutuhan belajar mereka.
Sebagai guru, kita pasti ingin membekali murid-murid dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk terus belajar, mendampingi mereka memahami dan
mencapai tujuan belajar. Guru perlu menyelaraskan sebagai pendidik yang relevan
dengan dengan konteks murid dan perubahan zaman.
Mengutip pernyataan Ki Hadjar
Dewantara, "Memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha
mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat, maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya". Ki
Hadjar Dewantara juga mengatakan, "Menyamakan mendidik anak dengan
mendidik rakyat", selain itu beliau juga mengatakan "Kehidupan kita
saat ini adalah buah dari pendidikan yang kita terima saat kita masih
anak-anak".
Peranan seorang guru sebagai
pendidik sangatlah besar. Hal apapun yang kita lakukan di kelas dari segi
memfasilitasi proses belajar akan meninggalkan makna bagi murid-murid yang
kelak akan menjadi bagian dari masyarakat. Guru membentuk masyarakat dan budaya
masa depan lewat murid-murid. Maka guru hendaknya terus belajar demi meraih
tujuan pendidikan menjadi manusia merdeka yang kelak akan menuntun murid-murid
manusia merdeka.
ΓΌ
Ingin
menjadi guru seperti apa saya
Murid seringkali terinspirasi dari
ibu dan bapak gurunya. Sebagai guru, tentu ingin menularkan energi positif
kepada murid yang membuat murid terus tertarik untuk belajar dan membekalinya
dengan kemampuan untuk terus belajar untuk dapat mengisi kehidupan di masa
depan.
Guru sebagai sosok pendidik adalah
guru yang selalu diharapkan murid-murid, dikagumi murid-murid, selalu bertutur
kata lembut, selalu menyimak pendapat murid, dan selalu menyemangati murid
murid.
Guru menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan, selamat dan bahagia. Guru yang adaptif dengan perubahan
zaman yang dinamis, selalu menciptakan pengalaman pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan murid dan tentunya masih sejalan dengan tujuan
pendidikan.
Guru tidak hanya mengajarkan materi
tetapi juga menanamkan karakter yang baik. Semua tingkah laku, tutur kata, dan
cara guru mengajar sebagai bekal melanjutkan kehidupannya di masa depan yang
tentunya akan berbeda dengan masa sekarang.
2.
Mendidik
dan mengajar
ΓΌ
Mendidik
menyeluruh
Menurut Ki Hadjar Dewantara,
"Pendidikan sebagai tuntunan, yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya
murid". Pendidik tidak dapat menentukan dan berkehendak akan hidup
tumbuhnya murid, melainkan menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu
dengan mengerahkan segala daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti,
pikiran dan jasmani murid agar dapat memperbaiki perilakunya bukan dasar hidup
dan tumbuhnya itu. Ki Hadjar Dewantara juga mengatakan, "Anak-anak tumbuh
berdasarkan kodratnya yang unik, tidak mungkin pendidik mengubah padi menjadi
jagung atau sebaliknya".
Peran pendidik adalah bisa menuntun
murid agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Pendidik
menuntun potensi murid-murid agar semakin baik adabnya dan mendapatkan
kecerdasan yang luas sehingga murid-murid terlindungi dari pengaruh-pengaruh
yang dapat menghambat bahkan melemahkan tumbuhnya potensi atau kekuatan
dirinya.
Guru dapat memberikan praktik
pembelajaran yang mengembangkan kerja sama, empati menghargai sesama, dan
berkontribusi sosial kepada sesama. Contohnya kebudayaan gotong royong
membersihkan kelas. Sehingga murid dapat menemukan dan terbekali dengan
kebudayaan bangsa yang jika terus menerus ditumbuhkan, kebudayaan bangsa
Indonesia akan tetap ada menjadi pilar utama dalam memajukan Pendidikan
nasional.
Ki Hadjar Dewantara menggagas
perlunya sistem pendidikan yang humanis dan transformatif yang dapat memelihara
kedamaian dunia dengan memperkenalkan sistem among yaitu:
Ing ngarso sung tuladha artinya
seorang guru haruslah berkomitmen menjadi seorang teladan. Guru harus
memberikan contoh yang baik.
Ing madyo mangun karso artinya
seorang guru haruslah membangkitkan atau menguatkan semangat murid-muridnya
bukan orang yang melemahkan semangat.
Tut wuri handayani artinya seorang guru
haruslah memberikan dorongan atau menjadikan murid-muridnya orang-orang yang
mandiri atau orang-orang yang merdeka yang tumbuh kembang secara maksimal.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
tersebut adalah gagasan yang melampaui zamannya, di mana beliau hidup dan masih
relevan hingga masa sekarang ini dan akan mampu mengantarkan murid siap mengisi
zamannya kelak.
Oleh karena itu, guru tidak hanya
mengandalkan naluri mendidik, tetapi juga perlu melengkapi dengan ilmu
pendidikan yang selaras dengan zamannya, sehingga murid memperoleh kesempatan
mempelajari ilmu pengetahuan sesuai keinginan dan bakatnya.
Sehingga, sangat perlu adanya
keterampilan berpikir dan pendidikan kecerdasan, perlu juga pendidikan sosial
emosional yang disertai dengan adanya olah rasa. Pendidikan kultural yang
berdasarkan garis bangsa dan budaya akan melengkapi, mempertajam, dan
memperkaya pendidikan kecerdasan murid.
ΓΌ
Menjadi
manusia (secara) utuh
Pengembangan budi pekerti berupa
pikiran (olah cipta), budi pekerti (olah rasa, karakter), kemauan (olah karsa),
dan jasmani (olah raga) adalah bentuk pendidikan yang holistik yang akan
menuntun murid dapat tumbuh kembang dengan baik. Sekaligus menjadikannya
sebagai manusia yang merdeka yaitu manusia yang dapat bersandar atas kekuatan
lahir dan batinnya sendiri dan tidak bergantung dengan orang lain.
Pendidikan seyogyanya mampu
memberikan didikan lahir dan didikan batin kepada murid agar terpenuhi
kebutuhan kehidupan dan penghidupannya. Memandang murid sebagai manusia secara
utuh harus menjadi dasar guru sebagi pendidik dalam mendampingi murid-murid,
menentukan tujuan belajar, merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
murid baik lahir maupun batin.
Guru sebagai pendidik tidak hanya
membantu memberikan pengajaran yang berorientasi pada penguatan, keterampilan
berpikir atau kognitif saja, tetapi juga mendampingi murid-murid untuk
mengembangkan kekuatan batinnya yaitu sosial, emosi, empati menghargai sesama,
refleksi diri untuk mengembangkan diri dan berkontribusi di lingkungan sosial.
Sehingga pembelajaran yang direncanakan, sesuai dengan kebutuhan murid dan
ditujukan untuk memajukan perkembangan budi pekerti akan membantunya menjadi
manusia-manusia yang merdeka. Manusia merdeka dengan modal keterampilan
berpikir atau bernalar yang baik yang diperoleh melalui proses sepanjang
hayat.
Sedangkan tujuan pendidikan untuk
mengasah nalar murid dapat terwujud sebagai bekal pengembangan pendidikan budi
pekerti murid. Guru sudah seharusnya membantu memberikan asupan kebutuhan lahir
maupun batin murid. Guru selalu berupaya untuk mendampingi murid dalam mengasah
keterampilan bernalar murid dengan sebaik-baiknya.
3.
Mendampingi
murid dengan utuh dan menyeluruh
ΓΌ
Kodrat
murid
Kodrat keadaan
Keadaan yang selalu berubah-ubah
tidak dapat kita hindari. Penanaman budaya kearifan lokal yang logis dapat
membantu murid menjadi bijak dalam kehidupannya. Kita akan mampu merespon
pengaruh-pengaruh luar dengan bijak. Konten pengetahuan akan sejalan dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia.
Kodrat alam
Kodrat alam merupakan bagian dari
dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di
mana murid berada. Setiap murid dilahirkan dengan kodrat alam yang
berbeda-beda. Ada yang tinggal di perkotaan, pedesaan, pantai, gunung, dll.
Sebagai guru perlu untuk memahami kodrat alam masing-masing murid dan bagaimana
memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dimana murid tinggal. Guru
dapat memanfaatkan alam di sekitar murid atau sekolah sebagai sumber belajar.
Melalui pembelajaran kontekstual dan peran guru sebagai penghubung sangat
membantu murid menguatkan kodrat-kodratnya.
Kodrat zaman
Kemajuan pesat teknologi membuat
cara belajar dan berinteraksi murid juga berubah. Dengan adanya perubahan
kodrat zaman seperti abad ke-21 secara global, jika tidak kita siapkan dan
beradaptasi dengan baik, maka murid-murid mungkin tidak akan mampu hidup
berdampinan dengan perubahan zaman. Keterampilan abad ke-21 seperti berpikir
kritis dan solutif, kreatif, dan inovatif, serta mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi perlu ditekankan. Seleksi terhadap pengaruh global perlu disaring
agar tetap sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang
ada di Indonesia.
ΓΌ
Trikon
Prinsip-prinsip dalam melakukan
perubahan menurut Ki Hadjar Dewantara dikenal dengan Asas Trikon yaitu
kontinyu, konvergen, dan konsentris.
Kontinyu, kemajuan kebudayaan
merupakan keharusan lanjutan langung dari kebudayaan itu sendiri. Pendidik
menuntun murid dengan perencanaan dan pengembangan secara berkesinambungan
menyatu dengan alam, masyarakat Indonesia untuk mewariskan peradaban.
Konvergen, kebudayaan menuju arah
kesatuan kebudayaan dunia atau kemanusiaan. Pendidik menuntun murid dengan
pemkiran terbuka terhadap segala sumber belajar, mengambil praktik-praktik baik
dari kebudayaan lain, dan menjadikan kebudayaan kita bagian dari alam
universal.
Konsentris, kebudayaan harus
mempunyai karakteristik dan sifat kepribadian sendiri sebagai pusatnya dalam lingkungan
kebudayaan dunia atau kemanusiaan. Pendidik menuntun murid berdasarkan
kepribadian karakter dan budaya kita sendiri sebagai pusatnya.
4.
Mendidik
dan melatih kecerdasan budi pekerti
ΓΌ
Budi
pekerti
Keluarga merupakan tempat utama dan
yang paling baik dalam melatih karakter anak atau murid. Seseorang yang
mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan, merasakan, dan
mempertimbangkan setiap perilaku yang ditampilkannya. Sebagai pendidik,
tentu kita menemukan berbagai macam watak murid setiap harinya di kelas.
Menemani proses belajarnya, mendampingi tumbuhnya, kecerdasan pikirna, dan
membantu murid menemukan budi pekerti atau watak baiknya, serta membantu murid
mengendalikan atau memperbaiki watak atau budi pekerti yang kurang baik.
ΓΌ
Teori
konvergensi dan pengaruh pendidikan
Teori konvergensi didasarkan atas
dua teori utama. Yang pertama teori tabularasa yang beranggapan bahwa kodrat
anak ibarat kertas kosong yang dapat diisi dan ditulis oleh pendidik dengan
pengetahuan dan wawasan yang diiinginkan pendidik. Yang kedua teori negatif
yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi penuh dengan
berbagai macam coretan atau tulisan. Teori konvergensi merupakan pendekatan
yang digunakan Ki Hadjar Dewantara dalam menjelaskan tentang kertas bertuliskan
tulisan samar dengan membagi budi pekerti atau watak manusia menjadi 2 bagian
yaitu bagian biologis (watak dan perasaan yang tidak dapat berubah) dan bagian
intelligible (kecakapan dan keterampilan pendidikan yang dapat berubah).
5.
Pendidikan
yang mengantarkan kebahagiaan dan keselamatan
ΓΌ
Mengantarkan
murid selamat dan bahagia
Selamat dan bahagia
Jika diri sendiri sudah bisa
mencapai selamat dan bahagia, maka akan sangat mungkin untuk memelihara
dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa ataupun alamnya. Pendidikan seharusnya
dapat mengantarkan murid untuk keselamatan dan kebahagiaan hidupnya. Guru
medorong murid menemukan pemahaman bermakna yang relevan dengan kehidupannya.
Setiap murid dapat mengekspresikan dan membuat pemahamannya sendiri dengan cara
yang berbeda. Dalam menilai pemahaman murid, pendidik sebaiknya tidak hanya
menggunakan satu jenis alat pengukuran lalu menyimpulkannya. Tetapi juga
melibatkan murid untuk merefleksikan pemahaman dari pengalaman belajarnya
melalui evaluasi diri.
Sistem among
Sistem among yang dicetuskan oleh
Ki Hadjar Dewantara adalah ing ngarso sung tuladha di depan menjadi teladan),
ing madyo mangun karso (di tengah membangun kehendak), dan tut wuri handayani
(di belakang memberi dorongan). Sistem among didasarkan atas dua hal yaitu
kodrat alam dan kemerdekaan. Sistem among bukan sekedar metode membimbing dan
mendampingi murid belajar. Lebih dari itu sebagai guru, kita diharapakan
memilki mindset among terlebih dahulu sebelum mempraktikkan metode among. Guru
sangat perlu untuk menginternalisasikan sistem among dalam diri sebagai
pendidik dan dapat meneruskannya dalam menuntun murid serta memfasilitasi
kebutuhan potensi dan kompetensinya.
Merdeka belajar abad 21
Terdapat dua tuntutan pembelajaran
abad 21 antara lain menjadi pembelajar sepanjang hayat dan membangun konteks
diri serta identitas suatu bangsa. Kompetensi abad 21 menjadi kompetensi yang
perlu dimiliki murid untuk menghadapi tantangan-tantangan ke depan. Kompetensi
abad 21 meliputi kompetensi berpikir kritis (critical thinking), kreatif
(creativity), kolaborasi (collaboration), dan komunikasi (communication).
Sebagai prasyarat wajib untuk menunjang kompetensi tersebut, ada dua kompetensi
yang perlu dikuasai murid pada abad 21. Kompetensi pertama adalah kompetensi
literasi yang meliputi bahasa, matematika, sains, digital, dan finansial.
Kompetensi yang kedua adalah kompetensi murid menjadi mandiri yang meliputi
mengenali diri, mengidentifikasi apa yang diketahui dan tidak diketahui, serta
strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Untuk mencapai itu,
pendidikan yang memerdekakan murid menjadi salah satu cara murid merdeka dalam
belajar, menggali keingintahuannya dengan bimbingan guru. Melalui pendekatan
saintifik dan pembelajaran proyek, guru dapat mengajak murid untuk memahami
bagaimana murid merdeka belajar untuk mencapai kompetensi abad 21. Guru dapat
membantu menyiapkan murid-murid untuk memiliki rasa percaya diri dalam
berinteraksi dan berkolaborasi bersama warga dunia untuk memecahkan
masalah-masalah global. Kesadaran akan perubahan zaman dan kebutuhan belajar
tidak hanya diharapkan tumbuh dalam diri murid, tetapi juga muncul mulai dari
dalam diri guru sebagai pendidik dan fasilitator pembelajaran.
ΓΌ
Menciptakan
lingkungan pembelajaran terbaik murid
Guru dapat menciptakan lingkungan
pembelajaran terbaik bagi murid-murid melalui:
Membimbing murid, memperbaiki
bangsa
Guru membimbing dan mendampingi
murid dalam proses belajarnya. Bukan hanya sekedar meningkatkan kecerdasan
berpikirnya, melainkan juga mengembangkan kecerdasan sosial emosional dan
karakter yang baik melalui pengalaman belajar sesuai dengan kebutuhannya
sehingga secara tidak langsung sudah berperan dalam menemukan kesadaran untuk
menanamkan, menumbuhkan, melestarikan dan memperbaiki budaya bangsa Indonesia.
Peran keluarga, sekolah, dan
masyarakat
Pendidikan bukan hanya tanggung
jawab guru di sekolah. Perlu kerja sama dan kolaborasi antara keluarga, sekolah
dan masyarakat mewujudkan lingkungan pembelajaran yang optimal bagi murid. Guru
melibatkan peran masing-masing elemen agar selaras dan berkesinambungan demi
tumbuh kembang murid.
Keluarga merupakan sistem kecil di
mana anak tinggal dan mendapatkan pendidikan pertama dan yang terpenting dalam
hidupnya yaitu menumbuhkan budi pekerti yang kuat dan pendidikan sosial.
Sekolah/alam perguruan meliputi
semua jenis dan bentuk satuan Pendidikan yang berperan dalam mengembangkan
kecakapan berpikir murid.
Masyarakat/alam pergerakan pemuda
merupakan wadah yang memasilitasi murid untuk mengaktualisasikan dirinya dan
mengembangkan watak. Alam pergerakan pemuda atau masyarakat inilah sebagai
penguat pendidikan, baik itu untuk kecerdasan budi pekerti dan sosial emosional
murid.
Demikian pemahaman terkait modul
merdeka mengajar sebagai aksi nyata saya pada pelatihan mandiri di platform
merdeka mengajar. Terima Kasih
Komentar
Berarti para guru memberikan pengajaran secara bebas atau merdeka kepada para muridnya, ternyata merdeka mengajar mengutamakan pembelajaran yang memerdekakan peserta didik dan guru memfasilitasi murid untuk tumbuh sebagai kodratnya.
Langkah kecil yang akan saya lakukan setelah ini adalah dalam kegiatan mengajar, saya mencoba pembelajaran yang berbasis pada peserta didik. Peserra didik diharapkan lebih berperan aktif dalam KBM, sehingga mereka bisa menunjukan potensi yang ada dalam dirinya.